Sungai Luas yang terletak di Kecamatan Moearasahoeng, Kabupaten Kaur
Tengah, Propinsi Bengkulu, ternyata mengandung butiran emas murni.
Butiran emas yang bercampur dengan pasir sungai tersebut telah ditemukan
warga masyarakat dari beberapa desa di Kecamatan Luas dan Kecamatan
Moearasahoeng. Mereka memperoleh emas tersebut dengan cara didulang
menggunakan alat tradisional berupa ayakan pasir dari kawat halu atau
benang nelon.
Menurut Ketua Badan Pemerintah Desa
(BPD) Desa Tuguk Kecamatan Luas Suardi, pada hari Sabtu 03 Desember
2011, setelah ditemukan butiran emas murni oleh seorang warga sejak enam
bulan lalu, mereka ramai mendulang pasir sungai tersebut. Bagi warga
yang beruntung atau lagi ketiban rezeki setiap hari bisa mendapatkan
satu gram emas, namun kadarnya belum bisa diketahui karena tidak ada
alat khusus, tapi butiran emas itu murni.
Untuk kemurnian emas tersebut telah
diakui oleh seorang pedagang emas di daerah setempat. Pedagang emas itu
membeli hasil yang didapat para warga yang mendulang dengan harga
rata-rata Rp.200 ribu per-gram. Sedangkan harga emas murni di toko
mencapai Rp.480 ribu per-gram.
Sebelumnya warga Kecamatan Luas pernah
mendulang di wilayahnya sendiri, namun tidak secara rutin seperti
dibagian hulu Sungai Luas pada wilayah Kecamatan Moearasahoeng.
Saat
ini keberadaan potensi emas itu sedang diteliti oleh tim geologi Dinas
Pertambangan, Kehutanan dan Perkebunan setempat, sedangkan di wilayah
Kecamatan Moearasahoeng, informasinya sudah positif dengan kadar
rata-rata di atas 60 persen.
Sementara itu menurut Kepala Dinas
Kehutanan Perkebunan dan Pertambangan Kabupaten Kaur, M. Ali Paman,
membenarkan bahwa memang ada potensi emas di sepanjang Sungai Luas
tersebut. Rencananya bila sudah ditemukan hasilnya akan ditawarkan ke
investor luar daerah, namun menurut para ahli bahwa kandungan emas murni
itu berada dalam kawasan hutan lindung di sepanjang Bukit Barisan dari
wilayah Mukomuko hingga Kabupaten Kaur.
Menurut sejarahnya berdasarkan cerita
legenda warga setempat, emas yang didulang warga masyarakat saat ini
berasal dari kerajaan Sriwijaya yang lokasinya diperkirakan dalam
kawasan pegunungan Bukit Rajo Mendaro dan sengaja ditebar rajanya di
wilayah Kabupaten Kaur. Pada saat kerajaan itu berakhir tahun 1.200 M,
sebagian besar kekayaan kerajaan berbentuk emas dan dilebur menjadi
serbuk, lalu serbuk itu ditebar di beberapa anak sungai salah satunya di
Sungai Luas ini.
Mendulang emas di
sungai-sungai, di sumatera, khususnya di wilayah tengah pulau Andalas
ini sudah menjadi tradisi warga masyarakat di daerah tersebut. Sebulan
yang lalu juga warga masyarakat Muara Dua telah mendulang emas di Sungai
Are di Desa Ujanmas Kecamatan Sungai Are OKU Selatan, Sumatera
Selatan. Daerah yang biasanya sepi dan hanya menjadi lokasi pemandian
warga setempat, mendadak menjadi ramai seperti pasar setelah para warga
beramai-ramai berburu butiran emas murni di dasar sungai tersebut.
Mereka menggunakan peralatan seadanya. Kejadian itu bermula dari seorang
warga yang bernama Ujang mencoba mendulang pertama kali mendapatkan
butiran emas murni di sungai tersebut sebesar 1,8 gram.
Lalu kabar itupun tersebar kewarga
lainnya, sehingga kesokan harinya warga setempat beramai-ramai berburu
emas di Sungai Are bagian hulu Desa Ujanmas tersebut. Hasilnya lumayan,
bagi warga yang beruntung dapat menghasilkan butiran emas seberat 1-2
gram, bahkan ada yang mendapatkan 2,3 gram setelah mengangkat dan
mendulang tanah dalam sehari. Apalagi emas tersebut laku dijual sekitar
Rp.320 ribu hingga Rp.350 ribu per-gramnya. Untuk menjual hasil
dulanganpun tidak sulit, karena hampir setiap warung manisan di Desa
Ujanmas mau membeli butiran emas meskipun dalam jumlah kecil, bahkan
pengumpul butiran emas juga datang ke lokasi tersebut. Ternyata sudah
terbukti lagi bahwa pulau Sumatera atau pulau Andalas tanahnya banyak
mengandung emas.-
0 komentar:
Posting Komentar