Panahan, Olahraga Menarik yang Dianaktirikan

Posted by Unknown On Selasa, 03 Juli 2012 1 komentar

LIMA laki-laki berbaris rapi. Semua memakai baju putih lengan pendek, celana training, dan sepatu sport. Pada punggung mereka tersemat selongsong anak panah. Busur diangkat sejajar dengan mata, pandangan lurus ke depan. Seperti ada aba-aba entah dari mana, mereka serentak menarik busur, dan wussshh... anak panah meluncur deras menuju target sasaran.
Kelimanya merupakan anggota klub Smart Generation of Aceh Archery atau biasa dikenal dengan sebutan Sagena. Petang kemarin, Rabu, 6 Juni 2012, mereka sedang melakukan latihan memanah di bantaran Krueng Lamnyong, Banda Aceh. Sekali dua kali anak panah meluncur tidak mengenai lingkaran target, tetapi mereka terus menempa diri. Tak ada kata mengeluh. Coba, coba, dan terus mereka mencoba lagi.
Sagena merupakan sebuah klub tempat para atlet memanah berkumpul. Didirikan pada awal tahun 2000 oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal di Pidie Jaya, hingga kini klub itu sudah memiliki 20 anggota. Mungkin jumlah ini masih sedikit. Dimaklumi, karena olahraga ini tidak banyak digandrungi oleh masyarakat luas atau memang masih ada rasa khawatir memegang busur.
Beda halnya dengan sepakbola yang sudah menjadi olahraga masyarakat umum, mulai kelas teri hingga kelas kakap. Salah satu penyebab olahraga memanah ini kurang diminati adalah peralatannya terlalu mahal. Bayangkan, satu set panah bisa mencapai Rp41 juta. Harga termurah untuk busur standar Bow saja harus mengeluarkan isi kantong hingga Rp6 juta.
Umumnya, anggota Sagena terdiri atas mahasiswa dan siswa. Dari 20 orang itu, ada 5 yang masih duduk di bangku sekolah. Untuk menjadi atlet panah professional, mereka mengatakan perlu melewati beberapa jenjang. Pertama, mereka masuk ke kelas Comfond. Ini merupakan tingkatan paling rendah. Di kelas ini, para calon atlet panah diajarkan teori seputar olahraga panahan, tetapi prakteknya belum intens.
Setelah lulus dari sana, mereka dinaikkan ke tingkatan Ricurve. Terakhir, tingkat standar Bow. Saat ini Sagena memiliki 5 atlet di kelas Ricurve dan 15 orang di kelas standar Bow. Pada kejuaraan Pra-Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XVIII lalu, Sagena berhasil merebut juara III. Saat itu, tim Sagena atas nama Dhia Rahmat berhasil tampil memukai.
Patut disyukuri pula, Rahmat menjadi satu-satunya atlet panah mewakili  Aceh di PON XVIII tahun 2012 yang akan digelar di Riau, September mendatang. Meski satu orang, Beni, sang pelatih tetap optimis anak didiknya akan membawa pulang medali emas ke bumi Iskandar Muda.
“Kita harus optimis, walaupun satu satu orang, target kita di PON Riau adalah mendapatkan emas,” kata pria bernama lengkap Nur Beni, kepada The Atjeh Post, sore itu.
Sang juara tak lahir secara kebetulan. Kata bijak ini sepertinya dipahami betul oleh Beni. Pria yang tercatat sebagai anggota Tentara Negara Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) ini terus memberikan ilmu tambahan kepada Rahmat agar di PON nantinya bisa tampil maksimal.
“Kita terus berlatih, bukan hanya Rahmat, tapi semua anggota Sagena. Khusus menyambut PON kita fokus pada persiapan fisik, mental, dan pemantapan taktik,” ujar mantan perebut medali emas pada Pekan Olahraga Daerah (PORDA) 2010 yang diadakan di Kabupaten Bireuen itu.
Di Banda Aceh sendiri, ada empat klub memanah, yaitu Sagena, Wak Coy, Atlanta, dan Ganesa. Keempat club tersebut berada di bawah naungan Perpani (Persatuan Olahraga Panah Indonesia). Namun, sayangnya klub memanah ini terkesan tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Mereka berlatih dengan peralatan seadanya. Karena itulah, olahraga ini tak kunjung melambung. Bahkan, tidak salah jika Beni beranggapan panah adalah olahraga yang dianaktirikan.
“Sarana pendukung sama sekali tidak ada. Untuk latihan saja kami tidak punya lapangan khusus. Ya, terpaksa kami latihan di sini, karena pemerintah tidak menyediakan tempat buat kami berlatih,” ujarnya.
Bila dirunut lebih jauh, kata Beni, Sagena mempunyai prestasi lumayan bagus. Meski belum pantas dikatakan mentereng, sejumlah prestasi yang mereka raih antara lain juara II Piala Kasat (Kepala Staf Angkatan Darat) beregu putra, juara umum pada Kejurda (Kejuaraan Daerah) 2011, tiga medali emas pada Porda Bireuen tahun 2010, dan terakhir medali perunggu Pra PON XVIII lalu.
Bagi Beni, berlatih di tempat terbuka akan membuat anggotanya semakin semangat. Karena mereka disaksikan oleh masyarakat secara langsung. Namun, bantaran Krueng Aceh yang posisinya tak jauh dari laut dengan angin kencang kerap mengganggu latihan. Tambahan pula, di samping mereka latihan terdapat lapangan sepak bola yang justru menambah tidak konsentrasi dalam berlatih. Beni berharap ke depannya para atlet panah mendapat perhatian dari Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kota.

http://atjehpost.com/read/2012/06/07/11162/136/15/Panahan-Olahraga-Menarik-yang-Dianaktirikan

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sok kali bapak ini, ini saya asyi

Posting Komentar